Kelak,
kami akan jadi jelmaan kanak-kanak yang membludak. Menggodok residu, membedaki wajah dengan mesiu, dan menghantam telak jidatmu dengan tinju. Bukan peluru! Hanya persis!
Kelak,
kami akan menjelma jadi kanak-kanak yang memiliki nyanyinya sendiri seperti masa lalu, dengan dolanan yang biasa (bikinan papa), tanpa mainan yang dibeli dengan harga diri (kecemberutan mama dan kecemburuan tetangga).
Kelak,
kami akan jadi buah yang matang dan juga mempertanyakan jaman. Yang membantah juga menanam bibit pembangkangan pada jejeran menara buram.
Kelak,
kami akan jadi kanak-kanak lagi. Mengendarai kapal-kapalan kertas, cinta-cinta yang kapas, tapi membawa ketapel-ketapel cadas.
Oi, kau tahu? Dan kinilah kelak itu! Sebab telah kami aktifkan bom waktu, yang kami hitung mundur dari sekarang, yang kami endapkan sejak masa lalu dan akan diwariskan pada masa depan.
Hitung olehmu; Lima, empat, tiga, dua, dan ...
kami akan jadi jelmaan kanak-kanak yang membludak. Menggodok residu, membedaki wajah dengan mesiu, dan menghantam telak jidatmu dengan tinju. Bukan peluru! Hanya persis!
Kelak,
kami akan menjelma jadi kanak-kanak yang memiliki nyanyinya sendiri seperti masa lalu, dengan dolanan yang biasa (bikinan papa), tanpa mainan yang dibeli dengan harga diri (kecemberutan mama dan kecemburuan tetangga).
Kelak,
kami akan jadi buah yang matang dan juga mempertanyakan jaman. Yang membantah juga menanam bibit pembangkangan pada jejeran menara buram.
Kelak,
kami akan jadi kanak-kanak lagi. Mengendarai kapal-kapalan kertas, cinta-cinta yang kapas, tapi membawa ketapel-ketapel cadas.
Oi, kau tahu? Dan kinilah kelak itu! Sebab telah kami aktifkan bom waktu, yang kami hitung mundur dari sekarang, yang kami endapkan sejak masa lalu dan akan diwariskan pada masa depan.
Hitung olehmu; Lima, empat, tiga, dua, dan ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar